Laman

Kamis, 22 Maret 2012

Autobiografi


    I.     Sejarah dan Perkembangan Autobiografi
A.    Pengertian Autobiografi
        Autobiografi adalah Biografi yang ditulis oleh seorang Tokoh tentang kehidupannya dan tentang perjalanan hidup yang dilaluinya. Mulai dari kanak - kanak sampai waktu yang ditentukan oleh Penulis Autobiografi.

B.  Asal Usul Autobiografi
        Kata autobiografi pertama kali digunakan oleh William Taylor pada 1797 di Inggris dan diterbitkan secara berkala yang berupa Review Bulanan. Namun bentuk autobiografi kembali ke jaman dahulu.
Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan sudut pandang; autobiografinya namun mungkin didasarkan sepenuhnya pada memori penulis. Erat terkait dengan otobiografi (dan kadang-kadang sulit untuk tepat membedakan dari itu) adalah bentuk memoir.
Ratusan sudah buku autobiografi, memoar, perjalanan hidup dan semacamnya yang diterbitkan oleh penerbit Indonesia. Dari tahun ke tahun ada saja penerbit yang menerbitkan kisah hidup (biografi) orang-orang terkenal, para pemimpin atau mereka yang merasa ada sesuatu yang penting dalam perjalanan hidupnya. Buku tampaknya merupakan tugu kenangan bagi orang-orang tertentu, terutama bagi mereka yang menulis sendiri riwayat hidupnya.
Mengapa orang tertarik untuk menerbitkan buku semacam ini? Apakah karena penerbitan buku kisah kehidupan ini laris di pasaran dan mendatangkan keuntungan baik kepada penerbit maupun pengarang? Dari antara sekian banyak autobiografi yang terbit di Indonesia, ada sebuah buku yang menarik dari segi pemasaran, yakni buku yang berjudul Soemitro, dari Pangdam Mulawarman sampai Pangkopkamtib sebagaimana dituturkan kepada Ramadhan K.H., yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan tahun 1994. Hebatnya, buku ini dicetak ulang sampai empat kali dalam sebulan! Buku kisah kehidupan lainnya belum sehebat itu.
Menurut beberapa penerbit, buku semacam ini umumnya seret peredarannya. Tidak jarang pengarangnya sendiri turut membiayai penerbitannya. Buku biografi jadilah semacam sumbangsih pemikiran orang tertentu untuk masyarakat, paling sedikit bagi masyarakat sekeliling tokoh yang dikisahkan.
Bagaimana orang menanggapi sebuah autobiografi, memoar, biografi atau semacamnya? Banyak ragam pendapat orang. Ada yang menganggap buku itu bagus, meluruskan sesuatu hal yang tadinya dianggap lurus, memberikan kenikmatan hidup atau sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa buku semacam itu hanya pamer pujian kepada diri sendiri, tidak jujur karena tidak mengungkapkan kisah yang sebenarnya.
Di negeri yang sudah maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap sebagai sebuah karya sastra yang menarik untuk dikaji. Sallie Mcfaqua dalam buku Speaking in Parables menyediakan satu bab khusus membahas kisah kehidupan diri ini. Ia beranggapan bahwa autobiografi dan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan.
Peristiwa yang dihadapi sang tokoh diungkapkan khususnya yang tak lazim terdengar, rahasia kehidupan (gagal ataupun sukses), rangkaian kejadian dari lingkungan yang diakrabi sang tokoh.
Sebuah autobiografi yang baik mirip sebuah parabel yang dalam ruang lingkup agama, semacam pengakuan tokoh agama, sekadar contoh Pengakuan Agustinus terus dibaca orang dari abad ke abad karena yang diungkapkan merupakan sesuatu yang kurang lazim, bukan yang menarik dari diri sendiri melainkan tentang diri dalam hubungannya dengan Tuhan. Dalam hal ini, orang membaca autobiografi karena ia mencari diri sendiri, membaca perjalanan hidup diri sendiri, semacam metafora diri, siapakah aku ini? Kisah diri diungkapkan sedemikian rupa, sebuah inti kehidupan yang menurut Roy Pascal memunculkan master form.
Orang membaca autobiografi bukan khusus mencari penanggalan (kecuali kepentingan sejarah), nama, tempat, melainkan untuk mengetahui cara menanggapi, penyusunan, pemahaman tentang apa yang dirasakan seorang individu, bagaimana ia mengungkapkannya, bahwa seorang individu dapat dihubungkan dengan diri orang lain. Lalu, hal ini dapat menolong pembaca membayangkan diri sendiri. Kisah yang demikian menjadi narasi yang indah, sebuah kisah yang efektif, artinya pengaruhnya menjelma di dalam diri pembaca. Semacam dialog yang hidup.
Penutur kisah--tentu dengan penyajian yang estetis dan berseni--yang membuat karya tentang hidupnya menjadi seperti sebuah metafora diri, bertujuan mengungkapkan diri, kesadaran dunia dalam melalui tahapan rincian hidup yang historis dan aktual. Itu semacam proses yang membawa pembaca kepada pengenalan diri sang tokoh sehingga melibatkan pembaca dalam perjalanan hidupnya.
Begitulah, sebuah autobiografi sejati hanya dapat ditulis oleh orang yang berjiwa matang, merasakan kehidupan berdialog dengan kehidupan itu antara interaksi jiwa luar-dalam. Jarang ada autobiografi yang ditulis dalam usia muda, kecuali autobiografi Malcolm X (diterbitkan oleh Risalah Gusti, 1995) yang mengusung penderitaan kelompoknya (semacam jurubicara yang menghayati dan menjadi master from dari komunitasnya).
Sebagai karya seni, penulis kisah kehidupan diri ini tentu memiliki sudut pandang diri. Ia tidak hanya bertutur tentang sejumlah kejadian. Kalau ia menuturkan sejumlah kejadian, ada maksud di dalamnya dan memiliki kesatuan (unity). Setiap kejadian harus ditampakkan sebagai bagian dari proses, berjalin satu dengan yang lain, menjadi satu untaian yang menyatu dari sudut pandang tertentu sehingga menimbulkan suasana "sense" dan "makna" di hati pembaca.
Dari sudut estetika, di dalam sebuah autobiografi terjadi proses peleburan dunia-dalam dan dunia-luar secara integral. Atau menurut Roy Pascal, kebenaran autobiografis dan estetis bukanlah kebenaran atas pemahaman, melainkan karena keberadaannya (of being). Bukan sekadar pengetahuan atas sesuatu, melainkan sebuah kehidupan yang hidup.
Sesungguhnya, autobiografi atau biografi, memoar dan semacamnya yang sejati bukanlah tiruan dari sejumlah fakta yang rinci secara lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan atau master form dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya.
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.
Membaca sebuah kisah kehidupan, berarti kita menelusuri kisah kehidupan lahir dan batin pengisah sehingga kita mendapati sebuah hikmat yang praktis dari dalam kehidupan ini.
Sebuah karya yang jujur akan mudah diketahui. Sementara, kisah-kisah kehidupan yang sudah super ... akan berlalu seperti angin.
" Autobiografi bukanlah tiruan fakta lahiriah, melainkan konsistensi pola susunan dalam hubungannya dengan perjumpaan seseorang dengan dunianya. "
Kita membaca kisah seorang tokoh karena di dalamnya ada sebuah kenyataan hidup yang diolah kembali dengan nalar-batiniah sehingga memantulkan bagian hidup yang menginti dan bermakna.

     II.          Jenis Autobiografi
1.      Autobiografi sebagai kritik Totalitarianisme
Korban dan penentang rezim totaliter telah mampu menyajikan kritik mencolok dari rezim melalui bentuk autobiografi dari penindasan mereka. Di antara autobiografi terkenal dari karya-karya tersebut adalah tulisan-tulisan Primo Levi, salah satunya adalah Shoah. Demikian pula, ada banyak karya rincian kekejaman dan kedengkian rezim Komunis (misalnya, Nadezhda Mandelstam's Hope terhadap Hope).

2.    Autobiografi Sensasional
Dari abad ke-17 dan seterusnya, "skandal memoar" oleh Libertini seharusnya, melayani selera publik , telah sering dipublikasikan. Biasanya samaran, mereka (dan) sebagian besar karya fiksi yang ditulis oleh ghostwriters.
Jadi yang disebut "autobiografi" atlet profesional modern dan media selebriti-dan pada tingkat lebih rendah tentang politisi, umumnya ditulis oleh pengarang untuk orang lain yang, secara rutin diterbitkan. Beberapa selebriti, seperti Naomi Campbell, mengaku tidak membaca autobiografi mereka.

3.    Autobiografi seseorang yang tidak terkenal
Sampai tahun terakhir, beberapa orang tanpa klaim asli terkenal menulis atau menerbitkan autobiografi bagi masyarakat umum. Dengan keberhasilan kritis dan komersial di Amerika Serikat memoar seperti Angela's Ashes dan The Color of Air, Namun, semakin banyak orang telah didorong untuk mencoba tangan mereka di genre ini.

4.    Autobiografi Palsu
Tren ini juga mendorong autobiografi palsu, terutama yang terkait dengan 'penderitaan menyala,' di mana penulis telah diduga menderita menjadi bagian dari sebuah keluarga yang disfungsional, atau dari masalah sosial, atau penindasan politik.

5.    Autobiografi Fiksi
Istilah "autobiografi fiksi" telah diciptakan untuk mendefinisikan novel tentang seorang tokoh fiktif yang ditulis seolah-olah karakter itu menulis biografi mereka sendiri, yang Flanders Daniel Defoe Moll, adalah sebuah contoh awal. Charles Dickens 'David Copperfield klasik seperti lain, dan JD Salinger's The Catcher in the Rye adalah contoh modern terkenal otobiografi fiksi.
Charlotte Bronte's Jane Eyre adalah contoh lain dari autobiografi fiktif, seperti yang tercantum pada halaman depan versi asli. Istilah ini juga dapat berlaku untuk karya fiksi yang mengaku otobiografi karakter nyata, misalnya, Stephen Marlowe Kematian dan Kehidupan Miguel de Cervantes.

III.      Masalah dengan autobiografi
1. Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan membuat opini seolah sebagai fakta.
2. Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya. Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca tidak dapat memastikan hal tersebut, hal tersebut tidak layak dipublikasikan.
3. Orang sering memasukkan informasi ke dalam autobiografi yang belum pernah diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama. Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda sendiri).

 IV.          Contoh Autobiografi Tokoh Dunia

1.     Peter Abelard, Historia Calamitatum, 12th century
7.     Giacomo Casanova, Histoire de ma vie, published posthumously in 1826.
9.     Benvenuto Cellini, The Autobiography of Benvenuto Cellini, c1570, published 1728
10.          Bill Clinton,My Life, 2004
11.          Jackie Chan, I Am Jackie Chan: My Life in Action, 1998
13.          Roald Dahl, Boy & Going Solo, 1986
14.          Charles Darwin, The Autobiography of Charles Darwin 1809-1882, published posthumously in 1887.
16.          Frederick Douglass, My Bondage and My Freedom, 1855
17.          Frederick Douglass, Life and Times of Frederick Douglass, 1881; revised and expanded, 1892
18.          Alexandre Dumas, père, Mes Mémoires, 1852 – 1856
19.          Isadora Duncan, My Life, 1927
21.          Stephen Fry, Moab is my Washpot, 1997
22.          Mahatma Gandhi, The Story of My Experiments with Truth, 1927 and 1929
23.          Al-Ghazali, The Deliverer from Error, 12th century
24.          Dizzy Gillespie, Dizzy: To be or not to bop : the autobiography of Dizzy Gillespie with Al Fraser
26.          Johann Wolfgang Von Goethe, The Autobiography Of Goethe: Truth And Poetry, From My Own Life, 1848
27.          Adolf Hitler, Mein Kampf, 1925
28.          Zora Neale Hurston, Dust Tracks on the Road, 1942
30.          Thomas Jefferson, AutobiographyHelen Keller, The Story of My Life, 1903
31.          Jamaica Kincaid, A Small Place, 1988
32.          Alphonse de Lamartine, Les Confidences, 1849, Nouvelles confidences, 1851, Mémoires Politiques, 1963, etc
33.          S. Lewis, Surprised by Joy: The Shape of My Early Life
Leonor López de Córdoba, Memorias, early 15th century

     V.          Contoh Autobiografi di Indonesia
http://farm4.static.flickr.com/3063/2300716383_195ed9681a_m.jpgPROFESIONALISME ALA CHRISYE (ALM)
 (Tulisan ini saya buat tahun 2007 sebagai apreasiasi terhadap Chrisye (alm) atas prinsip profesionalisme yang ditunjukkan dalam profesinya, dan prinsip itu di-share kepada kita semua melalui sebuah buku.
Salah satu kesukaan saya adalah membaca buku biografi atau autobiografi orang-orang yang terkenal. Menurut saya, selalu ada saja pelajaran atau lessons learned yang bisa dipetik dari pengalaman hidup mereka, setidaknya dari apa yang dituliskan di buku itu.
Nah, salah satu buku yang biografi yang menarik adalah “Chrisye : Sebuah Memoar Musikal” yang ditulis oleh Alberthiene Endah. Mengapa menarik ? Karena buku ini tidak hanya berkisah mengenai sang legenda musik Indonesia, Chrisye, melainkan juga berisikan berbagai hikmah atau lessons learned yang diungkapkan oleh (alm) Chrisye berkaitan dengan perjalanan hidupnya sebagai penyanyi atau musisi. Hampir semua himah atau lessons learned yang disampaikan (alm) Chrisye relevan dengan berbagai teori atau konsep manajemen yang lazim dipergunakan dalam bisnis.
Petikan dari buku tersebut, “Berpuluh tahun saya menjalani profesi penyanyi, saya akhirnya menyadari bahwa pencapaian terbesar saya adalah bahwa saya bisa terus berjalan dalam proses. Saya bisa setia pada musik. Saya bisa banyak menggenggam nilai kehidupan berkat musik. Dan saya sangat bahagia jika bisa membagikan pengalaman buat siapapun yang ingin bertahan dalam profesi yang dicintai ! ..(halaman 325) “.
Saya merangkum dari buku tersebut, setidaknya ada 6 pelajaran yang menarik, berkaitan dengan kesuksesan berkarir, yang juga lazim dibahas dalam dunia manajemen.
LESSON 1 : JADILAH DIRI SENDIRI
LESSON 2 : KREATIVITAS, DIUNDANG, TAPI JANGAN DIPAKSA !
LESSON 3 : MEMILIH PARTNER, JANGAN ASAL COMOT !
LESSON 4 : JANGAN RESAH DENGAN PERSAINGAN (KOMPETISI)
LESSON 5 : CIPTAKAN SESUATU YANG BARU (VALUE INNOVATION)
LESSON 6 : JANGAN LUPAKAN SPIRITUALITAS

Mari kita tinjau satu persatu.

LESSON 1 : JADILAH DIRI SENDIRI
Petikan buku, “Berbahagialah seorang penyanyi bisa mendapatkan produser yang sangat menghargai warna uniknya. Tidak mendikte, tidak menjadikannya boneka, tidak membuatnya menjadi orang lain …. Mungkin di awal, sukses belum datang. Tapi jangan putus asa. Karena pada sebagian orang, sukses akan berjalan seiring dengan kematangan. Jangan selalu berpikir bahwa sukses hanya ditandai oleh kehadiran awal yang menggebrak …(halaman 326) …. terus terang, saya lebih suka menjadi diri sendiri. Termasuk cara bergaul saya. Kalaupun saya harus tampil impresif, itu adalah untuk menyampaikan musik. Ada satu hal lagi yang membuat saya agak enggan berada di tengah pergaulan selebriti. Saya mencium gelagat sifat yang artifisial di sana … (halaman 328) ..“.
Berbagai buku yang memberikan motivasi selaku menggaris bawahi ini, yaitu (1) jadilah diri sendiri alias percaya diri yang tinggi, serta (2) sukses adalah sebuah proses, success is a journey, bukan lahir dari suatu strategi yang instan. Sejalan dengan ini, bisa dibaca pula buku tulisan Susan Long, “Difference Makers : Stories of Those Who Dared”, diterbitkan tahun 2005.
LESSON 2 : KREATIVITAS, DIUNDANG, TAPI JANGAN DIPAKSA !
Petikan buku, “Banyak yang bertanya, dari mana datangnya ilham mencipta lagu ? Dan bagaimana proses kreatif saya ? Mungkin saya berbeda dengan banyak seniman musik dengan bekal pendidikan musik formal. Saya murni hanya mengerahkan rasa untuk berkarya, dan tentu sedikit kemahiran bermain piano karena mengerjakan melodi paling enak menggunakan piano … Lakukanlah cara yang paling klop dengan diri Anda. Percayalah, banyak orang-orang besar di jagad ini membuat karya besar dari proses yang sangat sederhana …(halaman 327) “.
Edward de Bono pernah menulis buku yang berjudul “Simplicity”, diterbitkan tahun 1998, lalu buku yang lebih scientific ditulis oleh Michael L. George dan Stephen Wilson, berjudul “Conquering Complexity in Your Business” diterbitkan tahun 2004. Intinya adalah, value yang terbaik, sangat mungkin dihasilkan oleh proses kerja yang sederhana, bahkan kalau perlu semua proses kita buat sederhana dengan perbaikan berkelanjutan atau continuous improvements alias kaizen.
LESSON 3 : MEMILIH PARTNER, JANGAN ASAL COMOT !
Petikan buku, “Satu hal yang paling saya pertimbangkan setelah menetapkan niat memulai album baru adalah menentukan arranger alias penata musik. Lagu bagus, suara oke, tapi kalau penata musiknya tidak bisa mengangkat, sebuah album seperti tak punya darah …. Satu hal lagi yang perlu dimiliki dalam proses kerja sama adalah keikhlasan untuk menerima kritik dan saran. Saya tidak pernah tersinggung jika diatur oleh musisi yang usianya jauh lebih muda. Namun, tentu saja, semua dilakukan dalam cara berkomunikasi yang saling menghargai. Jika ketemu, tidak ada salahnya mempertahankan kerja sama itu sampai beberapa album atau proyek musik. Tetapi selalu kritis dengan perkembangan zaman agar kita tahu kapan saatnya untuk berganti partner. Jangan salah, partner kita pun memerlukan pindah ke penyanyi lain agar ia bisa berkembang …(halaman 326) “.
Pada bagian ini, Chrisye berkisah mengenai konsep partnership atau bermitra dalam bisnis. Dalam manajemen stratejik, kita mengenal istilah strategic partnership untuk mencapai sukses. Bagaimana definisinya ? Ya, kira-kira sama dengan apa yang disampaikan Chrisye di atas.
LESSON 4 : JANGAN RESAH DENGAN PERSAINGAN (KOMPETISI)
Petikan buku, “Persaingan adalah sesuatu yang positif jika itu dijadikan pemicu untuk melakukan yang terbaik. Tapi hati-hati, kadang itu menjadi polusi untuk kemurnian berpikir. Persaingan cukup dijadikan cambuk untuk berkarya, tapi jangan jadi bensin dalam bekerja. Percayalah, perasaan bersaing yang membabi-buta berpotensi merusak ide, imajinasi, bahkan juga konsentrasi …(halaman 330) “.
Berbagai teori mengenai persaingan mengatakan bahwa efisiensi atau penciptaan value yang hebat umumnya terjadi akibat kompetisi yang sehat. Jadi kompetisi adalah pemicu untuk great value creation. Kelihatannya Chrisye sangat memahami ini …
LESSON 5 : CIPTAKAN SESUATU YANG BARU (VALUE INNOVATION)
Petikan buku, “Buat saya, sebuah album haruslah digarap serius. Satu hal yang selalu saya pikirkan adalah membuat sesuatu yang baru di dalam setiap album. Jangan sampai terjadi pengulangan. Mempertahankan ciri khas boleh-boleh saja, tetapi bukan berarti menjadi stuck dan jalan di tempat. Inovasi bisa dilakukan lewat berbagai hal, kreativitas musik, pemilihan lagu, mengemas performa, yang penting jaga kekhasan vokal dan gaya menyanyi. Dua hal itu jangan sampai berubah. Karena begitu ia berubah, anda kehilangan identitas …(halaman 325) “.
Konsep blue ocean strategy didasari oleh value innovation model yang juga dikembangkan oleh Kim Chan dan Maugborne. Persainganlah yang akhirnya membuat orang jadi berinovasi dan berkreasi, sehingga membentuk samudera biru sendiri. Apa yang disampaikan Chrisye seperti kreativitas musik, pemilihan lagu, serta mengemas performa, adalah strategy canvas dalam konsep blue ocean strategy.
Chrisye juga terlihat sangat memahami (walaupun mungkin tidak pernah belajar khusus) konsep built to last dari Jim Collins dan Jerry Porras. Inovasi boleh berubah, tetapi jagalah core value, yaitu kekhasan vokal dan gaya menyanyi. Jika Jim Collins dan Jerry Porras melakukan riset terhadap perusahaan-perusahaan yang sanggup bertahan lama, dan terdapat ciri khas ini, maka mungkin ciri khas ini pulalah yang membawa Chrisye masih tetap eksis di dunia musik Indonesia sampai sekarang …
LESSON 6 : JANGAN LUPAKAN SPIRITUALITAS
Petikan buku, “Buat saya, spiritualitas memberikan lebih dari sekedar memiliki agama, karena spiritualitas memberikan rasa aman, tenteram, dan jalan. Saya merasakan hidup dan karir saya bergulir pada tujuan yang jelas berkat pendalaman spiritualitas yang saya jalani …(halaman 334)“.
Konsep spiritualitas dalam manajemen memang mulai mendapatkan tempat, karena mulai diyakini berkaitan dengan motivasi dan kinerja, baik pada tingkat individu sampai dengan organisasi. Berbagai konsep pun bermunculan, dan konsep SQ (spiritual quotient) pertama kali diperkenalkan oleh Ian Marshall dan Danah Zohar, dan mendapat sambutan dari kalangan pebisnis.
Jadi, kita bisa belajar dari buku apapun, dan dari siapa pun, tidak selalu dari buku teks yang rumit dan jelimet, dan tidak selalu dari pakar atau profesor ternama … kita bisa belajar dari siapa saja kan ? …

Salam
Riri Satria




DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 16 Maret 2012
Diakses pada tanggal 16 Maret 2012
Diakses pada tanggal 16 Maret 2012
Diakses pada tanggal 16 Maret 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar